Senin, 30 April 2012

ALASAN KECIL UNTUK MENULIS; PENGALAMAN MASA IMUT



waktu masih  masa imut-imut, tepatnya pada jenjang pendidikan dasar, aku orangnya paling anti dengan perpustakaan. Menurutku perpustakaan itu cuma tempat bersembunyi cewek-cewek dan cowok-cowok yang tak punya kemampuan bermain bola, petak umpet dan lari-larian xexe..

tapi satu hari, ketika pelajaran bahasa Indonesia kami diharuskan masuk perpustakaan dan memilih buku dengan acak lalu membacanya tenang diperpus hingga jam pelajaran usai. Mau tidak mau yah.. aku harus masuk xexe. Mulanya aku mencari teman yang bisa diajak bercanda dan berkelakar, atau sekedar menjahili teman, tapi ternyata eh ternyata, semua teman ku takzim, terpekur serius dengan deretan balok kata-kata dari buku-buku yang mereka pilih. Yah.. akhirnya aku ikut juga memilih buku dengan malas, memilih, melarikan jari-jari tangan kananku di ujung rak buku,mencari buku dengan tidak membaca judulnya, hanya melihat sampulnya..

“anak kecil dengan mata tertutup” aku berhenti pada buku yang bersampul itu.. menarik menurutku. Ku ambil lalu ku buka di tempat dengan harapan buku itu super membosankan sehingga tak cukup dari 3 paraghraf aku sudah meletakkannya kembali. Tapi.. yang terjadi sebaliknya.. buku itu membuat ku gila..!! (hahaha..) bahkan sampai pelajaran selesai aku masih berdiri disana, melakukan hal yang jika dipresentasikan hanya mendapat 0.25% dari aktifitas ku sehari-hari..yah.. ajaib.. aku membaca wuakakka..!!.

Buku ini, bagi ku sangat menarik. Karena menjawab anggapan ku terhadap orang yang tidak suka bermain diluar perpustakaan.. didalamnya diceritakan dengan sederhana (sesuai bahasa anak sd) seorang anak yang jika disuruh menggambar dia hanya akan terus menulis cerita, menyambung ceritanya hari demi hari.. pada mulanya anak pendiam ini hanya ditegur oleh guru, namun karena ia tidak menggubris dan masih saja menulis bukan menggambar, akhirnya dia dibawa ke ruang guru. Lalu ditanya dengan nada yang agak tinggi “kenapa kamu gak menggambar”. Anak itu diam saja.. lebih tepatnya dia tidak tahu apa yang harus ia jawab.. lama menunggu, guru itu mulai tidak sabar. Dia mengulang pertanyaan itu dengan ancaman mengadukannya pada orang tua, tapi tetap, anak itu masih diam seribu bahasa, hanya kilat air di ujung lubang matanya mulai bergelayut.

Semenjak itu.. anak itu selalu akrab dengan pertanyaan “kenapa gak mau menggambar” baik dari gurunya, teman-temannya, maupun dari orang tuannya.. pada akhirnya dia ingin berhenti sekolah karena merasa tertekan.. orang tuanya tidak bisa berbuat apa-apa, anak itu dikeluarkan dari sekolah dan dicarikan guru privat buat mengejar tiap pelajaran yang tertinggal, dengan harapan anak itu berubah pikiran dan mau melanjutkan sekolah lagi.

Muncul penyesalan dari guru yang sering menegurnya. Padahal anaknya tidak nakal. Padahal anaknya patuh, hanya soal dia tak mau menggambar, sampai-sampai dia harus merelakan jenjang sekolahnya. Berkutat dengan penyesalannya, guru itu mengingat buku cerita yang ia sita saat anak itu masih enggan menggambar, ia buka dan ia baca.. tercengang..!! ceritanya sederhana namun sangat jelas, bahasanya menggugah hati, seperti membaca puisi, memainkan perasaan, padahal isinya hanya seputar permainan-permainan yang biasa dilakukan oleh anak-anak, mengejar layang, bermain kelereng, mencari ikan cupang. Namun alur ceritanya sangat menggugah, berpetualang dan sangat seru..!! hingga di akhir cerita yang belum selesai, guru itu mendapatkan sebuah pengakuan:

“maaf guru, maaf ayah, maaf ibu, maaf teman-teman.. aku juga tidak tahu kenapa aku tidak suka menggambar, aku hanya suka menulis.. menulis dan menulis, karena dengan menulis, aku bisa bermain bersama teman-teman ku, berlarian mengejar bola, terjatuh dan terluka. Karena semua itu, jika diluar kelas, tidak bisa aku lakukan. orang tua ku melarang untuk melukai diri ku sendiri.  Dengan menulis cerita aku bisa membuat dunia ku sendiri, menempatkan diri ku di tengah kecerian teman-teman ku, merasakan kesedihannya saat layangan putus, merasai tertawaan mereka saat mengerjai tukang becak didepan gerbang sekolah. Semua itu aku dapatkan dengan menulis, tidak aku dapatkan dengan menggambar karena aku tidak bisa menggambar.. sudah ku coba, tapi lihat saja.. mauku gambar anjing, malah terlihat bebek.. huh.. maafkan aku..”

Setetes lembut air mata ibu guru bergulir diatas pipi kirinya.. semuanya terlihat jelas, mengapa anak itu menjadi pendiam, tidak suka bermain.. kenapa menulis kegemarannya.. yah.. karena dengan menulis dia mendapatkan dunianya.. 

Xixixi dan hingga sekarang.. aku terus menulis (meskipun tidak rutin hehe), salah satu alasannya hanya itu, menciptakan dunia ku , menyalurkan ideku, yang dengan tulisan itu, aku dapatkan kehidupanku, menempatkan diriku untuk dipahami oleh orang lain, seperti tulisan anak itu yang membuat ia akhirnya dipahami oleh gurunya. Apa yang kalian pikirkan?, apa yang kalian inginkan?, apa yang kalian adukan?, apa yang kalian bela?, tuliskan..!! biar orang membacanya, biar orang memahaminya dan biarkan orang memandang kita dengan kehidupan kita sesuai respon mereka masing-masing. Bukankah do’a yang selalu kita panjatkan adalaha agar Tuhan memahami kita? Meski kita tau, Tuhan adalah zat yang Maha Memahami hamba-hambanya..
xixixi.. ^_^

2 komentar:

Annisa Halimatus Sa'diyah S.Pd. G.r mengatakan...

iya.. ki aq nulis...^^
dulu aq suka pelajaran mengarang, menulis di pelajaran bhasa indonesia. nah pas SD ada tim pembuat majalah dr UGM masuk skolah n minta anak2 SD nulis,,eh tulisanq dimuat.hingga skarang, aq suka baca tulisanq yang amburadul itu.
stelah tammat SD rasanya males banget nulis, stelah sadar klo tulisan lama itu menarik dibaca kembali, aq mulai menulis, menulis, dan menulis... menulis apapun klo lagi niat.hehehe

Mutiara Fandista mengatakan...

Menulislah..!!!!
Karena dengan pena bisa mengubah dunia........

Posting Komentar

bagi yang tau kesopanan, silahkan berkomentar

 
;